Bundaran Kota Amuntai |
Maskot Kota Amuntai |
1. Kawasan yang memiliki Nilai Startegis Dari Sudut Kepentingan Ekonomi
a)
Kawasan
Kerajinan
Kawasan kerajinan yang ada di
Kabupaten Hulu Sungai Utara:
1) Kawasan kerajinan tikar dan purun di Desa Banyu Hirang Kecamatan Haur Gading;
2)
Kawasan industri kerajinan lampit dan purun di Kecamatan Amuntai Selatan;
3)
Kawasan kerajinan bordir di Pusat Kota Amuntai Kecamatan Amuntai Tengah;
4)
Kawasan kerajinan sulaman bordir di Kecamatan Sungai Pandan; dan
5)
Kawasan kerajinan plastik di Kecamatan Amuntai Utara.
b)
Kawasan Pertanian
Berkelanjutan
Kawasan di sekitar polder ini merupakan kawasan
strategis sehingga perencanaan kedepannya ditetapkan sebagai kawasan irigasi
dan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Untuk menunjang hal tersebut di
bentuk polder-polder untuk mengatur elevasi air sesuai dengan kebutuhan
penggunaan lahan yang akan diusahakan, polder yang paling tua adalah polder
Alabio. Polder
Alabio mengairi wilayah seluas 6.000 hektar; kemudian polder Bakar seluas 2.400
hektar; polder Simpang Empat seluas 1.346 hektar yang diairi; polder Padang
Gusti dengan area seluas 471 hektar yang diairi; polder Pakacangan dengan luas
area yang diairi 1.831 hektar; polder Murung Bayur seluas 1.750 hektar; polder
Kaludan seluas 2.400 hektar; dan Rawa Pinang Habang seluas 2.000 hektar yang
diairi.
a)
Kawasan Strategis
Perkebunan
Kawasan
strategis perkebunan berupa kawasan perkebunan kelapa sawit yang ditetapkan
seluas 6.548,20 ha. Kawasan perkebunan tersebut terletak di sebagian wilayah
Kecamatan Amuntai Tengah dan Banjang. Pengelolaan perkebunan kelapa sawit ini
sepenuhnya dikelola oleh pihak swasta selaku pemilik, sehingga pemerintah
daerah tidak memiliki wewenang didalamnya. Rencana kawasan perkebunan kelapa
sawit kedepannya ditetapkan fungsinya dan tidak ada pengalihan fungsi lahan.
b)
Kawasan Strategis
Perikanan
Kawasan
perikanan yaitu berupa kawasan minapolitan yang berada di Kecamatan Haur Gading
dengan luasan sekitar 133,21 ha.
Kawasan strategis sosial budaya di Kabupaten Hulu Sungai Utara dapat di tetapkan di kawasan Candi Agung yang merupakan cagar budaya yang terletak di Kecamatan Amuntai Selatan, serta mesjid tua Sungai Banar yang ada di Desa Pandulangan juga menjadi tempat wisata yang bersejarah yang sering mendapat kunjungan baik masyarakat Hulu Sungai Utara sendiri maupun pendatang dari luar daerah. Di Kecamatan Amuntai Utara tepatnya di Desa Pakacangan, adanya makam Datu Syekh Sayid Sulaiman yang merupakan makam keramat merupakan lokasi yang sering mendapat kunjungan.Guna mengetahui penetapan kawasan strategis.
Candi Agung |
Pusat
kuliner justru ada di ibu kota kabupaten, kota Amuntai. Di sinilah
banyak kita temukan warung-warung yang menjual salah satu kuliner itik
khas daerah sini yaitu itik panggang. Kita tahu kalau tulang itik lebih
keras daripada ayam, bukan? Jadi tidak akan terlalu nikmat untuk
mengunyah dan menikmati “sumsum” (orang di sini menyebutnya seperti itu)
di dalamnya. Maka ada menu spesial di beberapa warung; Itik Panggang
tanpa Tulang. - See more at:
http://nutrisiuntukbangsa.org/mau-itik-panggang-tanpa-tulang-ayo-ke-amuntai/#sthash.jx2IQdzX.dpuf
Pusat
kuliner justru ada di ibu kota kabupaten, kota Amuntai. Di sinilah
banyak kita temukan warung-warung yang menjual salah satu kuliner itik
khas daerah sini yaitu itik panggang. Kita tahu kalau tulang itik lebih
keras daripada ayam, bukan? Jadi tidak akan terlalu nikmat untuk
mengunyah dan menikmati “sumsum” (orang di sini menyebutnya seperti itu)
di dalamnya. Maka ada menu spesial di beberapa warung; Itik Panggang
tanpa Tulang. - See more at:
http://nutrisiuntukbangsa.org/mau-itik-panggang-tanpa-tulang-ayo-ke-amuntai/#sthash.jx2IQdzX.dpuf
Pusat
kuliner justru ada di ibu kota kabupaten, kota Amuntai. Di sinilah
banyak kita temukan warung-warung yang menjual salah satu kuliner itik
khas daerah sini yaitu itik panggang. Kita tahu kalau tulang itik lebih
keras daripada ayam, bukan? Jadi tidak akan terlalu nikmat untuk
mengunyah dan menikmati “sumsum” (orang di sini menyebutnya seperti itu)
di dalamnya. Maka ada menu spesial di beberapa warung; Itik Panggang
tanpa Tulang.
Tapi, itik panggang kan gampang ditemukan juga di tempat lain? Apakah itik panggang di sini memiliki ciri khas?
Jawabannya
“ya” dan “ya”. Saya harus akui kalau di luar sana banyak yang menjual
bebek panggang, bahkan kita bisa membuatnya sendiri dari manapun asal
kita, benar? Tapi tunggu dulu, yang satu ini beda.
Ciri khasnya ada pada dua hal. Pertama, si empunya warung hanya memanggang dan menyajikan daging itiknya saja. Namanya juga itik panggang tanpa tulang. Selain itu, itik panggang di sini selalu disajikan di atas piring dengan kuah kecap yang sudah diolah dengan bumbu. Kuahnya banyak, biasanya sampai menenggelamkan itiknya. Inilah uniknya. Kedua, itik panggang ini selalu disajikan bersama semangkuk sup. Sup ini istimewa karena seperti soto banjar, sup di daerah ini memiliki cita rasa yang berbeda dengan daerah lain. Bedanya, rasa sup ini lebih kuat pada cita rasa asin, kaldu, dan daun sopnya dibanding dengan sup yang biasa saya makan di sekitar tempat kos saya yang terasa lebih hambar dan menonjolkan komponen sayurnya. Ketika itu saya kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jakarta. Hmm, saya sering merindukan rasa sup di daerah saya ini ketika makan sup di sana. Disandingkan dengan itik panggang? Pasti menggungah selera!
- See more at: http://nutrisiuntukbangsa.org/mau-itik-panggang-tanpa-tulang-ayo-ke-amuntai/#sthash.jx2IQdzX.dpufCiri khasnya ada pada dua hal. Pertama, si empunya warung hanya memanggang dan menyajikan daging itiknya saja. Namanya juga itik panggang tanpa tulang. Selain itu, itik panggang di sini selalu disajikan di atas piring dengan kuah kecap yang sudah diolah dengan bumbu. Kuahnya banyak, biasanya sampai menenggelamkan itiknya. Inilah uniknya. Kedua, itik panggang ini selalu disajikan bersama semangkuk sup. Sup ini istimewa karena seperti soto banjar, sup di daerah ini memiliki cita rasa yang berbeda dengan daerah lain. Bedanya, rasa sup ini lebih kuat pada cita rasa asin, kaldu, dan daun sopnya dibanding dengan sup yang biasa saya makan di sekitar tempat kos saya yang terasa lebih hambar dan menonjolkan komponen sayurnya. Ketika itu saya kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Jakarta. Hmm, saya sering merindukan rasa sup di daerah saya ini ketika makan sup di sana. Disandingkan dengan itik panggang? Pasti menggungah selera!
Itik Panggang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar